Saturday, December 1, 2012

Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amir bin Ka’ab bin Sa’d bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luai (Abu Bakar As Shidiq)


Dialah Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amir bin Ka’ab bin Sa’d bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luaiyang lebih dikenal dengan sebutan Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu.
Ibunya menjelaskan, suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat Abu Bakar lalu menjulukinya ‘atiiqullah minan nar, orang yang dibebaskan Allah dari api neraka. Ibunya bernama Ummul Khair As-Sahmi binti Shakhr bin ‘Amir, wafat dalam keadaan memeluk Islam.
Keagungan dan kemuliaan Abu Bakar bukan karena ketampanan dan kegagahannya, akan tetapi karena keimanan yang kokoh di hati yang membuahkan pembenaran terhadap semua apa yang dikabarkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Secara fisik ia seorang yang berbadan kurus, berdahi menonjol, berpundak sempit, berwajah cekung dan pinggang kecil.


Di saat semua orang meragukan dan mendustakan apa yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sampaikan, dia seorang diri membenarkannya. Ia rela merobek habis robekan demi robekan bajunya untuk menyumbat setiap lubang yang ada di dalam gua di malam hari karena takut binatang penyengat yang bersembunyi di dalamnya keluar mengganggu Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ketika orang-orang musyrik mengepung keduanya. Pagi harinya, Rasulullah menanyakan di mana pakaiannya. Setelah tahu apa yang terjadi, Rasulullah mendoakannya menjadi orang yang mempunyai derajat tinggi di jannah.
Ia memiliki beberapa anak. Dari perkawinan dengan Qutaibah dihasilkan Abdullah yang ikut perang di Thaif dan Asma’, istri Az-Zubair. Qutaibah kemudian dicerai dan wafat pada usia 100 tahun. Perkawinannya dengan Ummu Ruman melahirkan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha (istri Rasulullah) dan Abdurrahman. Sebelum masuk Islam, Abdurrahman masuk dalam barisan kaum musyrikin yang memerangi Rasulullah. Namun dalam perang Badr ia baru masuk Islam.
Dari istrinya yang lain yang bernama Asma’ binti ‘Umais melahirkan Muhammad dan dari Habibah binti Kharijah bin Zaid melahirkan Ummu Kultsum Raadhiyallahu ‘Anha yang dinikahi shahabat Thalhah bin Ubaidillah Radhiyallahu ‘Anhu.
Dari sisi keilmuan, Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu melebihi shahabat lainnya. Banyak fatwa yang ia keluarkan di hadapan Rasulullah dan beliau menyetujuinya. Diangkatnya Abu Bakar menjadi imam shalat pengganti Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam, ditambah adanya hadits yang memerintahkan kaum muslimin untuk kembali kepada “dua bulan” (Abu Bakar dan ‘Umar) bila mengalami suatu perselisihan, menjadi saksi atas ketinggian ilmunya. Karenanya, sewaktu Rasulullah wafat orang-orang Muhajirin dan Anshar sepakat membaiatnya menjadi khalifah.
Ia seorang khalifah yang adil, tidak bergaya hidup mewah dan rendah hati. Tak lama setelah diangkat jadi khalifah ia berkata, bahwa ia bukanlah orang yang terbaik, memerintah rakyatnya mengikuti syariat dan tidak mengadakan bid’ah. Bila ia baik minta diikuti dan bila menyimpang ia minta diluruskan.
Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘Anhuma mengabarkan bahwa Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu sakit karena wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hingga menyebabkan kematiannya. Ahli sejarah menulis Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu wafat antara waktu Maghrib dan ‘Isya pada hari Rabu bulan Rabi’ul Awwal tahun 13 H, dalam usia 63 tahun. Wallahu a’lam.
Bacaan: Shifatush Shafwah, Al-Imam Ibnul Jauzi
Sumber: www.asysyariah.com

No comments: