Dialah Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amir bin Ka’ab
bin Sa’d bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luaiyang lebih dikenal
dengan sebutan Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu.
Ibunya menjelaskan, suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
melihat Abu Bakar lalu menjulukinya ‘atiiqullah minan nar, orang
yang dibebaskan Allah dari api neraka. Ibunya bernama Ummul Khair As-Sahmi
binti Shakhr bin ‘Amir, wafat dalam keadaan memeluk Islam.
Keagungan dan
kemuliaan Abu Bakar bukan karena ketampanan dan kegagahannya, akan tetapi
karena keimanan yang kokoh di hati yang membuahkan pembenaran terhadap semua
apa yang dikabarkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Secara fisik
ia seorang yang berbadan kurus, berdahi menonjol, berpundak sempit, berwajah
cekung dan pinggang kecil.
Di saat semua orang meragukan dan mendustakan apa yang Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sampaikan, dia seorang diri membenarkannya. Ia
rela merobek habis robekan demi robekan bajunya untuk menyumbat setiap lubang
yang ada di dalam gua di malam hari karena takut binatang penyengat yang
bersembunyi di dalamnya keluar mengganggu Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
ketika orang-orang musyrik mengepung keduanya. Pagi harinya, Rasulullah
menanyakan di mana pakaiannya. Setelah tahu apa yang terjadi, Rasulullah
mendoakannya menjadi orang yang mempunyai derajat tinggi di jannah.
Ia memiliki beberapa anak. Dari perkawinan dengan Qutaibah dihasilkan
Abdullah yang ikut perang di Thaif dan Asma’, istri Az-Zubair. Qutaibah
kemudian dicerai dan wafat pada usia 100 tahun. Perkawinannya dengan Ummu Ruman
melahirkan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha (istri Rasulullah) dan Abdurrahman.
Sebelum masuk Islam, Abdurrahman masuk dalam barisan kaum musyrikin yang
memerangi Rasulullah. Namun dalam perang Badr ia baru masuk Islam.
Dari istrinya yang lain yang bernama Asma’ binti ‘Umais melahirkan Muhammad
dan dari Habibah binti Kharijah bin Zaid melahirkan Ummu Kultsum Raadhiyallahu
‘Anha yang dinikahi shahabat Thalhah bin Ubaidillah Radhiyallahu ‘Anhu.
Dari sisi
keilmuan, Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu melebihi shahabat lainnya. Banyak fatwa
yang ia keluarkan di hadapan Rasulullah dan beliau menyetujuinya. Diangkatnya
Abu Bakar menjadi imam shalat pengganti Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam,
ditambah adanya hadits yang memerintahkan kaum muslimin untuk kembali kepada
“dua bulan” (Abu Bakar dan ‘Umar) bila mengalami suatu perselisihan, menjadi
saksi atas ketinggian ilmunya. Karenanya, sewaktu Rasulullah wafat
orang-orang Muhajirin dan Anshar sepakat membaiatnya menjadi khalifah.
Ia seorang khalifah yang adil, tidak bergaya hidup mewah dan rendah hati.
Tak lama setelah diangkat jadi khalifah ia berkata, bahwa ia bukanlah orang
yang terbaik, memerintah rakyatnya mengikuti syariat dan tidak mengadakan
bid’ah. Bila ia baik minta diikuti dan bila menyimpang ia minta diluruskan.
Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘Anhuma mengabarkan bahwa Abu Bakar
Radhiyallahu ‘Anhu sakit karena wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam hingga menyebabkan kematiannya. Ahli sejarah menulis Abu Bakar
Radhiyallahu ‘Anhu wafat antara waktu Maghrib dan ‘Isya pada hari Rabu bulan
Rabi’ul Awwal tahun 13 H, dalam usia 63 tahun. Wallahu a’lam.
Bacaan: Shifatush Shafwah, Al-Imam Ibnul Jauzi
Sumber: www.asysyariah.com
No comments:
Post a Comment